Once Human: Sebuah Petualangan Post-Apocalyptic yang Memacu Adrenalin

Action Game

Di sebuah dunia yang hancur, di mana kota-kota telah menjadi reruntuhan dan manusia harus bertahan hidup dengan mengandalkan naluri primitif mereka, kisah ini dimulai. Sebuah dunia yang pernah penuh dengan teknologi canggih kini hanya menyisakan serpihan kenangan. “Once Human,” begitu mereka menyebutnya. Sebuah frasa yang menjadi simbol perubahan, kehilangan, dan harapan.

Bayangkan langit yang dipenuhi abu, tanah yang retak tanpa kehidupan, dan suara angin yang mengerang seperti roh-roh penasaran. Ini adalah dunia di mana makhluk yang dulunya manusia sekarang lebih mirip predator liar. Mereka yang selamat dari kehancuran tidak hanya harus melawan kelaparan dan penyakit, tetapi juga menghadapi ancaman makhluk mutasi dan sesama manusia yang kehilangan akal sehat.

Kisah Dimulai
Elara, seorang perempuan muda berusia 23 tahun, adalah salah satu dari sedikit yang masih hidup dengan akal dan hati yang utuh. Rambutnya kusut oleh debu, matanya menyimpan bara api, dan lengannya penuh bekas luka perjuangan. Dia bukan hanya seorang penyintas; dia adalah simbol harapan yang berjalan di dunia tanpa aturan.

Suatu hari, ketika dia menjelajahi puing-puing sebuah pusat perbelanjaan yang sudah lama ditinggalkan, Elara menemukan sebuah perangkat kuno yang masih berfungsi — sebuah drone kecil dengan lensa kamera yang masih utuh. Di tengah layar retaknya, drone itu menampilkan peta lokasi misterius dengan tulisan: “Project Rebirth.” Itu adalah nama yang selama ini hanya menjadi bisikan legenda. Konon, proyek ini adalah kunci untuk mengembalikan kehidupan ke dunia yang mati ini.

Dengan perangkat itu, perjalanan Elara dimulai. Namun, dia tahu dia tidak bisa melakukannya sendirian. Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan Rav, seorang pria misterius dengan masa lalu kelam. Rav adalah mantan anggota kelompok bandit yang sekarang menebus dosa-dosanya. Dengan tubuh penuh tato dan sikap dingin, Rav awalnya tampak seperti ancaman. Namun, di balik sikap kerasnya, ada jiwa yang rapuh.

Musuh di Setiap Sudut
Perjalanan mereka membawa mereka melintasi padang gurun yang mematikan, tempat di mana makhluk mutasi dengan tubuh aneh dan perilaku agresif berkeliaran. Salah satu makhluk yang paling mereka takuti adalah “The Howler,” predator setinggi dua meter dengan rahang penuh taring tajam dan suara auman yang mampu membuat darah membeku. Dalam salah satu malam terburuk mereka, Elara dan Rav harus bersembunyi di sebuah bangunan tua yang hampir roboh, mendengar suara langkah berat Howler yang semakin dekat.

Ketegangan merambat seperti racun ke seluruh tubuh. Elara menggenggam erat pisau belatinya, sementara Rav memegang busur panah dengan anak panah yang dibuat dari besi bekas. Ketika Howler itu akhirnya menemukan mereka, pertempuran brutal pun tak terhindarkan. Darah, keringat, dan jeritan memenuhi udara. Pada akhirnya, mereka berhasil selamat, namun dengan harga mahal — Rav terluka parah di lengan kanannya.

Harapan yang Tersembunyi
Setelah melalui banyak cobaan, mereka akhirnya tiba di lokasi yang ditunjukkan oleh peta drone. Tempat itu adalah sebuah bunker bawah tanah yang tersembunyi di balik gunung reruntuhan. Di dalamnya, mereka menemukan teknologi yang jauh melampaui imajinasi mereka — laboratorium yang masih berfungsi penuh, lengkap dengan cadangan energi dan data genetik yang tidak ternilai harganya. Di layar holografis yang menyala, muncul pesan terakhir dari seorang ilmuwan:

“Jika Anda menemukan ini, maka harapan belum sepenuhnya mati. Proyek Rebirth adalah jawaban untuk memperbaiki kesalahan kami. Dengan data ini, dunia bisa dipulihkan. Tapi, hati-hati. Kunci untuk mengaktifkannya hanya ada satu, dan banyak yang akan membunuh demi memilikinya.”

Elara merasakan campuran emosi — kegembiraan, ketakutan, dan tanggung jawab yang luar biasa. Dengan Rav yang terluka di sisinya, dia tahu bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Mereka harus melindungi apa yang mereka temukan, bahkan jika itu berarti mengorbankan segalanya.

Akhir yang Terbuka
“Kita bisa memperbaiki dunia ini,” kata Rav dengan suara serak. “Tapi apakah dunia ini masih layak untuk diperjuangkan?”

Elara menjawab dengan mata penuh keyakinan, “Jika kita tidak mencoba, maka kita benar-benar kehilangan segalanya.”

Di dunia yang penuh kehancuran, terkadang keberanian adalah satu-satunya harapan yang tersisa. Dan dengan itu, Elara dan Rav memulai babak baru dari perjalanan mereka. Mereka bukan hanya manusia yang bertahan hidup. Mereka adalah simbol dari apa artinya menjadi Once Human — makhluk yang pernah rapuh, tapi kini menjadi kekuatan tak terhentikan.

By admin